Ghibah Lebih Mudah daripada Diam

 Ghibah adalah perbuatan di mana kita membicarakan aib atau keburukan orang lain. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa “Lidah  lebih tajam daripada pisau”, “Lidah memang tak bertulang”, Seakrab apapun kita dengan seseorang, lidah bisa memutuskan hubungan erat tersebut. Apalagi sudah berhubungan dengan sebuah rahasia pribadi. Lidah akan bergerak lebih lincah dari tarian dan lebih cepat dari laju peluru.

Pernahkah dapat kalimat sakti dengan password, “Jangan bilang siapa-siapa ya” dan biasanya akan disertai kalimat penegas macam “Ini aku cuma kasih tau kamu aja lho”. Aku pernah dan kadang selalu dilema.

Disatu sisi dipercaya orang lain untuk menjaga rahasia itu sesuatu yang membanggakan. Dari sekian banyak temannya, kita dianggap satu-satunya yang bisa dipercaya. Dengan key word sakti “Jangan bilang siapa-siapa ya.” 

Di sisi lain menjaga rahasia bukanlah perkara mudah, bayangkan menjaga rahasia orang lain dalam jangka waktu yang tidak ditentukan,  tentu mempengaruhi secara psikis.

Menjaga rahasia itu selain jadi beban, kadangkala untuk beberapa orang berubah rasanya berubah menjadi hal paling penting dalam hidupnya dan merasa bahwa permasalahan dirinya tidak lagi penting demi sebuah rahasia yang diembannya.

Kalau sudah punya rahasia orang lain ada sebuah kecenderungan kita merasa mengetahui segala sesuatu tentang orang itu. Dengan mudahnya kita bisa menilai baik dan buruknya.

Ketika berbincang dengan orang lain secara sadar ataupun tidak rahasia tersebut akan terbuka lancar mengalir tanpa halangan bagai aliran air terjun. Indah namun mematikan.

Memanglah benar Ghibah lebih mudah daripada diam. Selayaknya kita menertawakan kelemahan dan kesalahan orang lain.

Pernah melihat  melihat teman jatuh terpeleset? reaksi awal umumnya adalah tertawa alih-alih menolong terlebih dahulu. Malah pernah ada analogi kita memang hidup untuk membicarakan orang lain. Tanpa orang lain bahan obrolan apa lagi yang bisa didiskusikan.

Mengambil dari kutipan buku Adab ad-Dunya ad-Din dijelaskan bahwa orang yang mampu menjaga rahasia akan mendapatkan keistimewaan. Sedangkan menyebarkan rahasia orang lain lebih tercela, karena berdampak merugikan orang lain dan menambah permusuhan.

Menjaga rahasia sebagai bukti diri mampu memegang sebuah amanah, serta tak mudah berkhianat, bagi diri sendiri dan orang lain.

Meskipun ghibah ini sulit dihindari, namun kita harus tetap mencoba untuk menghindari perbuatan dosa ini. Allah Swt sendiri mengibaratkan pelaku ghibah seperti memakan daging saudaranya yang sudah mati.

"Dan janganlah sebagian kalian ghibah (menggunjing) sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka tentulah kalian akan merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang." (QS Al Hujarat : 12).

Related Posts

Posting Komentar