Asiyah Abad Milenia

 Di tengah berlangsungnya rapat ia menggeser kursinya lalu mendekatiku, dan berbisik,

"Aku kabur kali ini, dua hari ini aku nginep di rumahmu yah, boleh?”

"Tapi aku tak sedang diusir, kali ini aku hanya ingin kabur.”

 Aku hanya terdiam, kulihat, ada buliran bening mengembang di matanya.

"Aku lelah,” 
“Apa hanya dengan cara seperti ini Allah mencintai hamba-Nya?”
"
Kapan yah, semua ini berakhir?"

Kamu tau, ia menendangku lagi, dan aku terjerembab membentur dinding, hampir tiap malam pulang dalam kondisi mabuk dan kalap, aku sudah terlalu lelah, rasanya aku sudah tak ingin hidup lagi."

Sepertinya putus asa sedang menghampirinya. Materi rapat yang sedari tadi kusimak mendadak hilang entah kemana. Konsentrasiku  sudah tak beraturan. Aku tertunduk, sekilas kutatap ia, aku tak tau harus memberikan senyum, pelukan hangat atau sekedar tatapan empati? Sebab aku tak punya apa-apa selain telinga.

"Bahkan pernah di suatu satu malam, ia pulang dalam kondisi mabuk dengan seorang perempuan berpakaian seksi, dan tak sedikitpun aku mengeluh, aku masih tetap menyambutnya dengan hangat seolah tak terjadi apa-apa.”

Perempuan itu begitu tabah, pengorbanannya luar biasa. Mungkin jika di posisinya aku pun tak sanggup.

Tetapi ujian tiap orang tak pernah sama, tak seperti tes akhir zaman sekolah dulu yang jawabannya bisa saling berbagi dengan bangku sebelah karena soalnya sama.

Mungkin sendiri dan bersama itu sama sama sulitnya. Tetapi bagaimanapun, yang sendiri, yang bersama, itu sejatinya tengah meretas jalan menuju kesendiriannya bukan? Dia takkan ditemani oleh suami, istri, anak, ayah, ibu maupun sahabat - sahabatnya. Dia hanya berteman dengan apa yang telah diperbuatnya kepada istri, suami, ayah, ibu, maupun sahabat - sahabatnya, amal perbuatanlah yang akan mengabdi selamanya.

"Apakah kalian mengira akan (dapat) masuk surga sedang belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan serta digoncang (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (Q.S. 2: 214).

 

 

Related Posts

Posting Komentar