Pasrah

Mungkin ada titik di mana kita memilih untuk berhenti saja.  merasakan sepoi angin yang acap melenakan.

ada saat di mana kita bahkan hanya ingin mendengar degup jantung sendiri. merasai detak yang masih Ia izinkan menghuni tiap detik hidup kita. menghirup dalam dalam udara malam, menyediakan diri berteman dengan riuhnya sepi, terkadang jeri.


hingga bisa jadi, setelah segala upaya dan doa, ada waktu untuk meluruhkan segala rasa. membiar hujan menghanyutkan air mata untuk menyamarkan bening bulirnya. lalu tersenyum dan berkata, “sekarang terserah Engkau....”

Related Posts

Posting Komentar